Judul : Musafir Cinta
Judul Resensi : Musafir Cinta, Resensi Novel Spiritual Pembangun Iman
Pengarang : Taufiqurrahman al Azizy
Penerbit : DIVA Press
Terbit : Februari 2007 (cetakan I), Januari 2008 (cetakan XII)
Tebal : 331 halaman
Harga : Rp 28.000,-
Takdir yang berbuah perbedaan dengan para sahabat di pesantren membuat Iqbal harus pergi meninggalkan Tegal Jadin. Hatinya begitu miris, semburat kekecewaan tampak jelas diraut wajahnya. Dengan berat hati dia meninggalkan pesanten, meninggalkan cintanya yang masih menggantung di antara langit hati Zaenab, Priscillia, dan Khaura. Cinta yang belum tau akan berlabuh dimana dari ketiga gadis yang diberkahi itu.
Pikirannya melayang. Hendak kemakah aku sekarang?. Dia tak punya tujuan jelas. Tak mungkin baginya untuk pulang ke Jakarta. Dan akhirnya entah mengapa hatinya tergerak untuk ikut bus jurusan Solo-Purwokerto. Tak disangka, ternyata di dalam bus antar kota ini Iqbal justru melihat sebuah pemandangan yang sangat tidak pantas untuk seorang wanita dan laki-laki terlebih yang baru saling mengenal beberapa menit yang lalu. Mereka mengumbar kemesraan yang tidak semestinya di angkutan umum, padahal gadis itu berjilbab. Hatinya seraya berkata, Innalillahi wa innailai raji’un.
Disamping itu, Iqbal juga dipertemukan dengan orang yang tidak beragama. Tidak beriman. Bukan Ateis, tapi dia (Anton) menyebutnya dengan agama cinta. Dari sini Iqbal memetik beberapa pelajaran. Siapa sangka, di angkutan umum saja ada ilmu. Ya, ilmu itu ada dimana-mana.
Akibat bus yang ditumpanginya macet, akhirnya Iqbal dan semua penumpang turun. Dia terdampar di Banjarnegara.Untuk mengusir penat, Iqbal jalan2 di alun-alun Banjarnegara dan bertemu dengan sekelompok anak muda yang mabuk-mabukan. Berawal dari kesanggupan Iqbal membelikan gitar untuk mereka, akhirnya Firman (nama salah satu dari ke-4 pemuda tadi) mengajak Iqbal untuk tinggal dirumahnya.
Melihat sikap mereka yang suka mabuk-mabukan membuat Iqbal teringat masa lalunya. Keimanannya diuji. Dan dalam hati Iqbal berniat mengajak mereka untuk berhenti mabuk-mabukan dan meninggalkan gaya hidup yang merusak itu. Ini merupakan tantangan tersendiri untuk seorang Iqbal yang baru nyantri seumur jagung. Puncaknya saat Firman mencoba nekat bunuh diri karena mennganggap Tuhan tidak adil. Firman ingin segera bunuh diri dan bertemu Tuhan untuk melabaraknya. Iqbalpun beraksi. Perjuangan kerasnya akhirnya tak sia-sia. Dia mampu membawa pengaruh baik pada Firman, Padmo, Parno, dan Surya, serta dirinya.
Kelebihan Novel Best Seller ini
Banyak istilah-istilah asing yang lengkap dengan penjabaran (terjemahan) sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Terdapat kutipan-kutipan surat Al Qur’an yang berguna mendukung dan memperkuat situasi.
Inilah novel spiritual Musafir Cinta yang penuh tenaga, getaran sekaligus gugatan. Menghamparkan pengembaraaan spiritual demi pematangan iman hakiki.
0 komentar:
Posting Komentar